meta keyword --->

Tuesday 20 March 2018

DASAR-DASAR ARTISTIK TELEVISI

Penata Artistik Televisi adalah bagian dari kru televisi yang tentu berkaitan dengan art televisi (cipta seni televisi), di beberapa stasiun televisi tata artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau Art Departement. Di dalam departemen tersebut terbagi menjadi beberapa unit bagian yakni : Unit Dekorasi (Scenary), Unit Properti (Props), Unit Grafika (Graphic), serta Unit Tata Rias dan Busana (Dress & Makeup). Walaupun di beberapa stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti urutan tersebut, misalnya unit grafika (grafis) di stasiun televisi justru bertanggung jawab pada post-production manager. Padahal semestinya grafika (unit grafis) bertanggung jawab kepada departemen artistik.

Tanggung jawab penata artistik tentu adalah membuat sebuah layar terlihat seperti sebenarnya, semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau tayangan sebuah acara televisi. Terdapat sedikit berbeda antara penata artistik televisi dan film. Seorang art director dalam struktur perfilman, bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer dan berada dalam level yang sama dengan set decorator. Namun di televisi penata artistik menjadi bagian dari departemen tersendiri, yang diantara mereka mempunyai kepala divisi sendiri-sendiri.

Mengulas tata artistik karya audio visual semua berawal dari istilah mis-en-scene, dimana istilah ini sebenarnya hanya terdapat pada produksi film, tetapi dari prinsip dan sistem/cara yang ada hampir sama dengan pembuatan karya audio visual lainnya baik untuk televisi dan video. Mise-en-scene [baca: mis ong sen] adalah segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise-en-scene berasal dari kata Perancis yang memiliki arti “putting in the scene”. Mise-en-scene adalah unsur sinematik yang paling mudah Anda kenali karena hampir seluruh gambar (shot) yang Anda lihat dalam film. Jika Anda ibaratkan layar bioskop adalah sebuah panggung pertunjukan maka semua elemen yang ada di atas panggung tersebut adalah unsur-unsur dari mise-en-scene. Dengan demikian bisa kita katakan bahwa separuh kekuatan sebuah shot terdapat pada aspek mise-en scene.

Dalam sebuah produksi program televisi unsur mise-en-scene identik dengan istilah scenary, props, graphic, dan dress & makeup. Istilah-istilah tersebut tentu tidak berdiri sendiri dan terkait erat dengan unsur sinematik lainnya, seperti videografi, editing, dan suara, begitu juga di dalam film. Jika pada mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yakni: setting (latar); kostum dan tata rias wajah (makeup); pencahayaan (lighting); dan para pemain dan pergerakannya (acting), maka pada televisi pembagiannya pun menjadi empat bagian unit yakni scenary, props, graphic, dan dress & makeup. Di mana produksi acara televisi tanpa keterlibatan unsur scenary, props, graphic, dan dress & makeup, maka acara televisi tak ubahnya layaknya pertunjukan panggung belaka.

Apakah Anda pernah melihat sebuah program atau acara televisi yang mengambil gambarnya hanya menggunakan satu latar saja, dan hanya menggunakan satu kamera tanpa pergerakan dan perubahan dimensi jarak, serta tanpa interupsi gambar sedikit pun dengan durasi lebih dari satu jam. Jika ada sekali pun, bisa jadi gambar (shot) itu tentu akan sangat membosankan.

Disarikan dari Buku Menjadi Broadcaster Vol. 1
oleh Anton Mabruri KN (Praktisi broadcast, filmmaker, penulis) 

No comments:
Write komentar

Kamu tertarik dengan dunia BROADCAST TV, FILMMAKING, CONTENT CREATORS, MULTIMEDIA, dari kami?
Klik Subscribe untuk update !