meta keyword --->

Saturday 16 December 2017

CARA MEMBUAT NASKAH (SCRIPT) UNTUK PROGRAM DRAMA TELEVISI

Profesi menjadi seorang scriptwriter (penulis naskah) sesungguhnya hal yang sangat menantang dan menyenangkan. Keahlian tersebut tidak banyak dimiliki oleh orang lain, apalagi dia tidak hobi membaca buku, menonton acara tv dan film serta menulis catatan atau buku. Sudah tahu kan..? bekal menjadi seorang penulis naskah tv itu apa? Pertama adalah suka membaca dan menulis, menonton acara tv & film adalah proses berikutnya setelah akan dan ingin menjadi penulis naskah. Tahapan menulis untuk program tv & film jelas berbeda, di mana letak perbedaannya antara naskah program tv drama, non drama dan berita & olah raga, mari kita simak penjelasan berikut ini.

NASKAH PROGRAM ACARA TV DRAMA
Program acara tv drama adalah program acara televisi berdasarkan proses kreatif imajinatif, baik itu fakta atau pun benar-benar hasil khayalan semata. Tahapan menulis naskah tv program drama adalah sama seperti tahapan kita menulis sebuah skenario film (screenplay), tahapan tersebut antara lain:
  1. Menentukan ide pokok / konsep cerita
  2. Membuat basic story
  3. Membuat sinopsis
  4. Membuat treatment
  5. Skenario / screenplay
Lima tahapan tersebut itu mutlak diperlukan hanya saja dalam beberapa literasi dan konvensi, tahapan membuat basic story itu terkadang ada yang menghilangkan atau tidak menggunakan sama sekali jadi mereka langsung ke tahapan sinopsis dan seterusnya. Apakah itu keliru? Tentu tidak, dalam membuat skenario film bila Anda sudah profesional tahapan-tahapan di atas terkadang tidak diperlukan. Tetapi bila Anda masih belajar dan ingin menguasai runut tahapan tersebut harus diikuti untuk menuju profesional.

1. Menentukan ide pokok
Bobot sebuah ide pokok dan penyajiannya menentukan nilai dari film. lde pokok adalah sebuah jawaban mengenai pertanyaan yang mendasar pada sebuah film, yakni apa yang hendak dibicarakan dalam film tersebut. Ide pokok ini pula yang akan menjadi sebuah premise atau tagline dari sebuah judul film. Oleh karena itu, biasanya ide pokok dituliskan dalam sebuah kalimat pernyataan.

2. Membuat basic Story
Basic story menjadi pangkal dari struktur cerita, dengan kata lain basic story merupkan awal mula sebuah cerita film itu berangkat. Di dalam film biasanya Anda melihat title “base on…” atau “true story…”, tulisan tersebut menandakan film tersebut diambil dari sebuah cerita tertentu. Basic story menjadi kerangka selanjutnya untuk membentuk plot cerita. Meskipun ringkas, Basic story mengandung informasi-informasi mendasar tentang sebuah film.
1. Tempat dan waktu peristiwa.
2. Tokoh utama dan tokoh penting lainnya yang mendukung.
3. Konflik yang menghidupkan suasana.
4. Gambaran ringkas perkembangan alur cerita.
5. Klimaks dan penyelesaian konflik.

3. Membuat Sinopsis
Sinopsis bukan dipahami hanya sebagai ringkasan cerita sebuah film. Sinopsis bukanlah sebuah karya sastra untuk dipamerkan, tetapi yang lebih penting lagi adalah agar penonton memahami secara sekilas bagaimana film tersebut disajikan. Sinopsis berisi ikhtisar film, alur cerita, konflik, maupun tokoh yang penting dan memengaruhi plot, termasuk informasi tempat dan waktu kejadian.

4. Membuat Treatment
Treatment menurut kamus kecil film adalah tahap pertengahan dalam proses pembuatan skenario. Yakni setelah dibuat sinopsis sebelum skenario. Treatment adalah sketsa dari sebuah skenario dan menjadi kerangka ceritanya. Fungsi utama treatment adalah membuat sketsa penataan konstruksi dramatik. Bahasa penuturan treatment berbentuk bahasa filmis, dan mengandung garis besar kejadian dalam film. Jika treatment sudah tepat, maka perlu diperhatikan untuk tidak sekali-kali keluar dari alur treatment tersebut ketika menulisnya menjadi skenario.

5. Skenario / Screenplay
Jika sinopsis adalah penuturan cerita secara literatur, maka skenario adalah penuturan secara filmis (deskriptif ), dengan penataan secara khusus. Skenario adalah draf akhir sebuah jalinan cerita yang siap divisualisasikan menjadi sebuah karya film. Namun, harus diingat bahwa skenario bukanlah sebuah karya sastra, melainkan blue print atau patokan dalam pembuatan film. [Baca: ELEMEN DASAR SKENARIO FILM]

Skenario adalah tahap akhir dalam proses penciptaan cerita sebuah film. Perlu diingat bahwa untuk membuat sebuah film diperlukan skenario yang telah terstruktur ceritanya dengan rapi dari awal hingga akhir cerita.

Sudah cukup jelas bukan? Tulisan selanjutnya akan saya bahas detil satu persatu tahapam tersebut di atas. Stay cool ya… paling tidak bagi kamu yang sudah paham akan lebih menguasai dan yang belum paham sama sekali bisa mulai belajar dari sekarang.

Oleh : Anton Mabruri KN (Praktisi Broadcast tv, Filmmaker, dan Penulis)

Wednesday 13 December 2017

KURSUS KREATIF MIND 8 Course Diskon 30%


DAFTAR KURSUS SEKARANG, DISC. 30%

Adalah program khusus dari Mahapatih Indonesia untuk kamu yang mempunyai minat dan cita-cita di bidang BROADCAST TV, DIGITAL FILMMAKING, MULTIMEDIA, DAN DESIGN GRAFIS. Program ini memberikan beasiswa [biaya potongan] bagi peminat yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Mempunyai minat tinggi di bidang BROADCAST TV, DIGITAL FILMMAKING, MULTIMEDIA, DAN DESIGN GRAFIS.

Program DISCOUNT AKHIR TAHUN ini memberikan beasiswa [biaya potongan] sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk mengikuti KURUSUS di MIND 8 Course kepada mereka yang memenuhi kriteria di atas.

DATANG KE KANTOR KAMI 
Studio Mind 8 Production
Ruko Tran Depok Cyber Village No 26
Jl. Kebon Duren Kalimulya Depok
Jawa Barat
Tel. 021 229 74073
WA 0813 1842 4488

Monday 11 December 2017

Cara Membuat Bahan Ajar Video dengan Gadget

Inilah tips dan trik yang Anda tunggu saat ini. Adalah bagaimana membuat bahan ajar dengan gadget yang kita miliki.

Perkembangan teknologi gadget (gawai) membuat semua seperti nampak lebih mudah, meskipun banyak sisi lain pula yang gaptek (gagap tekonologi) dan gapsep (gagap konsep). Jika kita lihat sudah banyak sekali bertebaran unggahan tutorial dari berbagai macam bidang dan dari berbagai macam cara. Tulisan ini akan mencoba menagajak Anda sekalian menjadi perancang juga sekaligus pembuat video bahan ajar bagi siswa/i, mahasiswa/i kita di lembaga pendidikan. Apalagi guru zaman now dituntut untuk mampu menerapkan sistem teknologi ke dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah atau di kampus.
Bagaimana memulainya?
DARI KONSEP
Berangkat dari konsep. Konsep yang Anda buat harus dipilih terlebih dahulu, bagian konsep mana yang mudah untuk divisualkan.

Triknya: JANGAN MEMAKSAKAN DIRI MEMVISUALKAN YANG ANDA SENDIRI TIDAK MAMPU MEMBUATNYA.

Misalnya Anda ingin membuat video pembelajaran anatomi tubuh manusia, kemampuan untuk membuat bahan ajar tersebut tidak mudah. Karena biasanya menggunakan visual 3D. Perlu dicatat, bahan ajar yang saya maksud di sini adalah masih bersifat sangat sederhana. Yang terpenting Anda tidak kesulitan dan yang lainnya benar-benar mengandalkan gadget harian yang kita miliki. Kita akan mengandalkan 3 unsur utama dalam multimedia antara lain: video, audio dan teks. Tiga unsur tersebut bila digunakan dengan baik akan menjadi bahan ajar yang menarik dan komunikatif. Untuk interaktif abaikan saja dulu, lain waktu kita bahas membuat bahan ajar yang interaktif.

PERALATAN PRODUKSI
Peralatan yang kita gunakan menggunakan smartphone baik IOS atau yang Android. Berikut ini akan saya bahas hal-hal yang diperhatikan pada saat memilih dan menggunakan smartphone.

KAMERA SMARTPHONE/GADGET LAINNYA
Resolusi Camera Video
Pilihlah smartphone yang sudah memiliki kualitas rekam video yang baik, yakni smartphone yang telah memiliki resolusi Full HD (1920 x 1080). Sudah ini tidak ada tawaran, sebab semua smartphone hari ini telah memiliki resolusi video yang bagus.

Camera sudah OIS
IS atau OIS adalah kependekan dari Optical Image Stabilizer, merupakan teknologi yang ditanam pada kamera untuk meminimalis guncangan sehingga lebih lembut gambar yang direkam. Teknologi ini penting, apalagi bila Anda masih pemula banget membuat bahan ajar tersebut.(Baca: Tips & Trik Vloging)

Perlatan Audio
Peralatan audio yang cukup simpel untuk Anda gunakan adalah clip on, sejenis kondeser mic yang dapat terpasang langsung ke objek (orang) yang ingin diambil suaranya. Ada pula yang langsung dengan menggunakan smartphone yang dipegang langsung mengarah ke mikropon smartphone.

Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang tersebut antara lain: tripod, tongsis, camera stablization, dan lensa. Peralatan tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing tergantung dari situasi dan kondisi.
TIPS : Baca artikel nge-vlog yuk.
Lighting/Cahaya
Ada dua jenis cahaya dalam penggarapan yang Andak lakukan yakni available light dan artificial light. Yakni cahaya alami dan cahaya buatan. Cahaya alami biasanya cahaya matahari dan cahaya bulan, sedangkan artificial light adalah cahaya buatan. Anda dapat menggunakan jenis-jenis lampu LED baik yang spot light maupun floolight, tergantung dari kebutuhan yang ingin Anda garap.

Software Editing
Nampaknya jenis software (perangkat lunak) untuk mengedit video sangat banyak pilihannya. Yang terpenting Anda harus tahu terlebih dahulu video bahan ajar yang Anda rancang ini untuk memenuhi standar broadcast televisi atau hanya sekedar memenuhi konten web/blog yang Anda miliki.

Ada dua jalur yang bisa Anda lakukan pada saat mau mengedit A/V (Audio Video) yang Anda buat, melaui smartphone itu sendiri atau melaui PC yang Anda miliki. Saya kira kalau Anda kebutuhannya benar-benar untuk broadcast tv maka Anda bisa gunakan PC untuk mengedit dengan software pilihan antara lain: Final Cut Pro, Adobe Premiere cc, Avid Express, Edius dan lain-lain. Bila hanya untuk memenuhi konten blog/web Anda bisa gunakan smart phone Anda untuk mengedit A/V, dengan software pilihan antara lain: FilmoraGo, VivaVideo, Magisto, dan lain-lain banyak sekali jumlahnya jika di cari di Play Store.

Selamat mencoba.

Anton Mabruri KN - Penulis, Praktisi, Filmmaker, Broadcaster

Thursday 30 November 2017

TIPS & TRIK VLOGING – MENGAMBIL GAMBAR AGAR TIDAK SHAKING

Tren-nya memang sekarang sebagian orang telah mengerti dan memahami apa itu vlog. Tren membuat vlog tumbuh cukup siginifikan bagi mereka yang hidup di kota-kota besar (walaupun riset tersebut tidak menggunakan data, tetapi kasat mata terlihat). Lihat kanan kiri sekitar kita sudah banyak orang membuat vlog tanpa tujuan dan arah yang baik. Pokoke ngrekam video

BAGAIMANA MEMBUAT VLOG YANG MAKSIMAL?

Saya tahu maksud pertanyaan tersebut adalah mengingikan agar video yang direkam tidak banyak goncang dan gambar tidak blur atau tidak fokus. Sepertinya dua dulu ya... yang harus saya bahas. Sebab nanti ada faktor lain seperti pencahyaan dan audio serta artistiknya.

Untuk menghasilkan gambar yang maksimal (tidak banyak guncangan dan tidak blur gambarnya) yang pertama harus kamu lakukan adalah, kamu mesti paham tipe kamera yang kamu gunakan pastikan di dalam kamera tersebut baik kamera poket atau kamera smartphone memiliki fitur IS dalam istilah lain OIS.

IS atau OIS adalah kependekan dari Optical Image Stabilizer, merupakan teknologi yang ditanam pada kamera untuk meminimalis guncangan sehingga lebih lembut gambar yang direkam.

“Dalam istilah filmmaking dan broadcast tv gambar yang banyak guncangan sering disebut dengan gambar shaking. Jenis aliran gambar ini banyak digunakan oleh para filmmaker yang beraliran cinema virate. “

Okay saya akan bocorkan beberapa tipe smartphone yang sudah tertanam teknologi OIS atau IS. Dari yang kelas high sampai kelas midle saja, biasanya untuk kelas low maaf belum tertanam dan saya sampai saat ini belum menemukan smartphone dengan harga low yang tertanam OIS/IS. “mahal dikit tapi kamu jadi senang, ya kelas midle” hehhee..

Smartphone tersebut adalah : Samsung seri Galaxy A5 dan A7 2016, Galaxy S7, I phone 6 Plus, LG G3, Lenovo Vibe Z2 Pro, OPPO F3 Plus dan masih banyak lagi.

Sudah tahun kan? Mana smartphone yang sudah tertanam teknologi OIS/IS, saya sendiri tertarik dengan Samsung Galaxy seri A5 dan A7 2016 (ini berlaku untuk semua seri tersebut ke atas) selain bagus harganya untuk kelas midle cukuplah.

Dengan terjawabnya OIS/IS maka terjawab sudah pertanyaan kedua yakni gambar tidak blur dan tidak fokus. Kamera pada smartphone yang belum tertanam teknologi OIS/IS ketika mengambil gambar dengan daya gerak yang tinggi akan menghasilkan gambar yang guncang (shaking). Jika smartphone dengan kamera yang telah tertanam tekonlogi OIS/IS dipastikan gambar blur dan tidak fokus akan terbantu, nah... jika kamera tersebut tidak tertanam teknologi tersebut ya sudah jangan salahkan pacar kamu kalau gambarnya blur.. hehehhe..

Bagaimana sudah tahu kan sekarang, bagaimana membuat vlog yang maksimal.


Anton Mabruri - Praktisi Brodcast tv, filmmaker, dan penulis

Sunday 16 July 2017

MARI BERSIARAN TELEVISI SENDIRI

Inilah revolusi sesungguhnya dalam dunia komunikasi modern abad milenium yang melahirkan generasi milenial. Peran internet dalam keseharian manusia telah membuat kita addict (candu), kemana pun kita melangkah selalu mendampingkan internet sebagai teman, sahabat, guru, dan lain-lain dengan segala macam istilah hari ini. Berbagai macam konten mengisi internet secara simultan, dan tak henti-hentinya beradaptasi mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sejak teknologi smartphone ditemukan dan dikembangkan sedemikian rupa, seolah internet dan kehidupan individu manusia tak ada jarak dan sekat. Mulai dari membaca artikel, berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman (media sosial), mendengarkan musik, menonton film, dan menonton televisi semua hanya cukup di smartphone yang tersambung dengan internet.

Televisi Internet atau televisi daring adalah situs web yang memiliki tayangan video yang terkonsep, selalu diperbaharui terus-menerus, tidak statis, mengikuti perkembangan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan bisa diakses oleh publik secara bebas, dengan berbagai macam bentuk pendistribusiannya. Untuk dapat mengaksesnya, kita hanya perlu menguhubungkan ke komputer pribadi kita dengan koneksi Internet broadband berlangganan (sumber : wikipedia).

Televisi Internet sering juga disebut dengan sebutan Television on the Desktop (TOD), TV over IP (Television over Internet Protocol) atau Televisi Protokol Internet, Vlog, dan juga Vodcast/Podcast atau VOD (Video On Demand). Secara prinsip Televisi Internet berbeda dengan televisi terestrial konvensional biasa. Keduanya baik terestrial analog dan terestrial digital memang menayangkan banyak acara yang serupa, tetapi televisi Internet lebih beragam dibandingkan stasiun televisi lokal yang biasa kita tonton di rumah atau pun televisi kabel berlangganan.

Selain itu Televisi Internet ini biasa disiarkan secara pribadi oleh para pengguna internet atau bisa juga oleh sekelompok orang atau perusahaan televisi besar yang juga punya layanan televisi online di Internet. Nah, beberapa yang berhasil dimanfaatkan oleh pribadi dan kelompok (komunitas) antara lain:

Vlog
Video-Blogging, atau bisa disingkat vlogging (diucapkan Vlogging, bukan V-logging), atau vidblogging, merupakan suatu bentuk kegiatan blogging dengan menggunakan medium video di atas penggunaan teks atau audio sebagai sumber media utama. Berbagai perangkat seperti ponsel (smartphone) berkamera, kamera digital yang bisa merekam video, atau kamera murah yang dilengkapi dengan mikrofon merupakan modal yang mudah untuk melakukan aktivitas video blogging. (Baca : Nge-Vlog Yuk)

Vlog ini telah merambah signifikan di Negeri ini, meskipun jujur sebenarnya agak terlambat dibanding dengan negara-negara Eropa dan Amerika yang sudah sangat familiar dengan Vlog sejak tahun 2009. Apalagi sejak Kepala Negara (Presiden Joko Widodo) kita juga rajin membuat Vlog gaungnya sangat positif, beberapa kreator muda pun mulai terarik dan mengembangkannya sebagai media komunikasi dan informasi suatu kegiatan sehari-hari atau sebagai media promosi.

Vodcast / VOD 
Video-on-demand (disingkat VOD) Istilah lainnya adalah Vodcast atau Video Podcast adalah sistem televisi interaktif yang memfasilitasi khalayak untuk mengontrol atau memilih sendiri pilihan program video dan klip yang ingin ditonton. Fungsi VOD seperti layaknya video rental, di mana pelanggan dapat memilih program atau tontonan ketika Anda menginginkannya untuk tayang. Pilihan program dapat berupa sederet judul film, serial TV, acara realitas, video streaming, dan program lainnya. Tidak hanya menonton, khalayak pun dapat menyimpan serta mengunduh program semau mereka. Untuk menontonnya khalayak dapat menggunakan set-top box dari video yang sudah diunduh, atau menggunakan komputer, ponsel, dan alat-alat komunikasi elektronik lainnya yang berkemampuan mengakses konten audio dan visual. Sebagian VOD memberikan pelayanan dengan sistem pembayaran per tayangan pay-per-view.

Sistem ini juga telah mampu menciptakan kreator (pembuat program tv) berbakat sekelas Raditya Dika dan atau Bayu Skak mampu menyihir isi YouTube oleh tayangan-tayangan mereka. Berbekal cerita anti mainstream kemudian mereka mencoba menciptkan konten-konten kreatif, meskipun secara kaidah sinematik terkadang mereka tak beraturan. Mereka lebih banyak menguatkan unsur naratifnya dan agak mengabaikan unsur sinematik, tapi justru itulah yang membuat mereka sukses.

Lifecasting
Ini merupakan salah satu siaran video streaming mengenai seseorang atau suatu objek dengan media digital. Umumnya lifecasting disiarkan melalui media Internet, yang ditayangkan secara langsung dan terus-menerus. Konsep seperti ini juga sering digunakan dalam televisi lokal biasa di rumah-rumah.

Untuk yang terakhir ini, biasanya beberapa pembuat konten program dalam melakukan streaming juga masih mengandalkan media sosial seperti Facebook, Twitter, YouTube dan lain-lain. Bahkan beberapa menyiarkan isi ceramah seorang Da’i secara langsung hanya dengan smartphone yang mereka miliki, tentu harus menggunakan kuota data internet agar mampu menjalankan siarannya secara langsung.

Itu semua berkat perkembangan teknologi elektronika komunikasi, sehingga dengan demikian alat kontrol siaran televisi kembali kepada individu masing-masing. Hingga pada suatu ketika, jika televisi terestrial tidak lagi menarik, maka setiap individu atau setiap kelompok (komunitas) dapat membangun dan menciptakan konten program televisi sendiri. Kenyataannya banyak pula dari mereka yang sukses dengan membuat Vlog, VOD, dan Lifecasting, hingga YouTube (Google) pun melirik dan membayar Anda sebagai pengisi konten. Ada sisi baiknya memang, produk-produk hasil kemajuan teknologi di bidang elektronika komunikasi dan komputer seperti: saluran telepon, radio, televisi, jaringan komputer atau internet dan satelit. Hal ini sangat membantu mempercepat dan memperluas jangkaun arus informasi. Informasi yang masuk melalui media elektronik sulit dibendung dan disaring, oleh karena itu harus diatasi dengan mengimbanginya seperti memberikan informasi dengan cara dan media yang sama.

Kemajuan teknologi informasi dan komuniksi yang sangat pesat membuat dunia terasa makin kecil dan transparan serta makin terasa cepat berubah. Apalagi dengan adanya isu globalisasi, batas-batas yang selama ini membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi makin tipis dan kabur. Bahkan saat ini informasi telah menjadi komoditi yang memiliki arti ekonomis, politis maupun strategis. Sehingga penguasaan dalam bidang informasi dan komunikasi ini sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar dapat maju dan berkembang tidak ketinggalan oleh bangsa lain di dunia.

Di sarikan dari buku Manajemen Produksi Program TV Non-drama, News & Sport oleh Anton Mabruri KN

Sunday 9 July 2017

CARA MERAKIT MESIN EDITING SUPPORT 4K

Perubahan teknologi Audio Visual membawa perubahan pada sejumlah penggunaan sistem dan aplikasi Audio Visual juga. Literasi saya kali ini akan membahas kebutuhan mesin editing untuk footage (gambar) beresolusi 4K. Gambar 4K sudah banyak yang tahu kan, gambar 4K adalah gambar yang memiliki resolusi 4096 x 2160 sering disebut dengan Digital Cinema. Lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:

Memilih atau merakit mesin editing (merangkai hardware) untuk 4K jauh lebih rumit daripada memilih perangkat lunaknya (software) yang kita gunakan. Di pasaran software untuk eding 4K telah banyak tersedia. Namun hardware-nya tidak demikian, selain harganya mahal juga diperlukan kompatibilitas satu dengan yang lainnya.

Seterusnya, untuk memulai kamu harus bertanya pada diri sendiri tentang beberapa hal proyek yang sedang kamu kerjakan. Pertanyaan tersebut antara lain:
• Apa jenis rekaman (footage) yang akan kita edit: R3D, CinemaDNG, ProRes, XAVC S, mp4?
• Seberapa kompleks proyekmu: single shot, single camera, multi-camera, animation, VFX (Visual Effect)?
• Apa format output yang kamu inginkan?
• Berapa lama kamu harus mengirimkan suntingan (maksdunya deadlinenya)?
• Yang terakhir, apakah kamu mengedit secara online atau offline?

Hal-hal tersebut adalah hal yang biasa dilakukan oleh editor jika memang kamu berkecimpung di bidang editor Audio dan Visual. Biasanya persoalan muncul dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Belajar Dari Kasus Offline Editing
Digital footage dari kamera satu dengan kamera lain itu memiliki perbedaan. Di mana ini akan berpengaruh pada besarnya file yang masuk ke dalam sistem editing. Sebagai contoh bila kamu mengedit footage 4K dari jenis kamera GoPro Hero4, JVC GYHMQ10, atau Sony FDR-AX1 tentu tidak memerlukan banyak kompresi ke HD, karena bitrate mereka memiliki kesamaan. Bayangkan jika kamu mengedit footage dari RED Camera, Balckmagic Ursa Mini atau Sony NEX-FS700. Raw dari file tersebut memiliki bitrate yang sangat tinggi, sehingga memerlukan storage dan kompresi yang tinggi pula.

Berawal Dari Hardware
Pertama kamu harus tahu dan memisahkan dua sistem editing yang kamu perlukan. Ada dua sistem editing yakni: offline editing dan online editing. Offline editing digunakan hanya untuk memotong dan menyusun gambar seperlunya (maksudnya sesuai naskah). Sedangkan online editing digunakan untuk triming (menghias) mulai dari color grading, visual efek (VFX) dan mixing. Selain itu gambar yang ditampilkan online editing teleh mendekati real time. Di bawah ini mendefinisikan perbedaan antara PC dan Mac dalam kebutuhan hardware mesin editing

CPU
Offline editing : Intel core i7 2,3GHz four-core
Online editing : Dual intel Xeon 2GHz six-core

GPU (Video Card) 
Offline Editing: NVIDIA GeForce GT 750M
Online Editing: Dual NVIDIA GeForce GTX 760M

Ingat selalu cek kompatibilitas Video Card dan RAM, sebab pada saat kamu melakukan rendering video yang besar secara bersamaan RAM dan GPU itu bekerja menyelesaikannya.

RAM – Memory
Offline Editing: 8GB RAM
Online Editing: 32GB RAM

Menurut saya harga hardware yang relatif murah ada di RAM, jadi tingkatkan penggunaan RAM semaksimal mungkin. Apalagi bila kamu bekerja secara multi software (misalnya kamu membuka : Adobe Photoshop, After Effect, Adobe Premiere, dll), maka biasanya kerja RAM akan meningkat berkali lipat.

Storage
Offline Editing: dedicated 7200rpm hard drive or SSD for media
Online Editing: dedicated 7200rpm hard drive or SSD for project files dan jenisnya striped RAID array

Motherboard
Carilah motherboard yang memberikan add-on untuk kita bisa melakukan expand (penambahan-penambahan lanjutan). Motherboard yang bagus memiliki paling sedikit tiga sampai empat slot PCIe x16 yang dapat suprting dan digunakan untuk video card, RAID card, dan monitoring card. Pilihannya pada ASUS, GIBABYTE, dan Supermicro.

Selintas memang hardware yang kita perlukan untuk mengedit gambar 4K lumayan mahal harganya bila kamu cek di pasaran. Saran saya, menabunglah. Karena kebutuhan editing gambar kedepan sudah banyak yang menggunakan file berformat 4K.

Selamat mencoba.

Oleh : Anton Mabruri (Praktisi Broadcast tv, Filmmaker dan Penulis)

Sunday 2 April 2017

Tips : PILIH DSLR VS MIRRORLESS – Dari Sisi Digital Filmmaker



Terus terang sejak awal kamera SLR berrevolusi menjadi DSLR saya fikir ini sudah tuntas dan tidak akan ada lagi jenis kamera yang akan mengungguli jenis kamera DSLR. Ternyata pendapat saya keliru, padahal saya adalah salah satu orang yang berusaha untuk tidak ketinggalan teknologi gadget (gawai) setiap saat. Munculnya kamera jenis mirrorless sebenaranya sudah lama tepatnya tahun 2008, namun karena harganya saat itu cukup mahal maka pengguna DSLR tidak goyah pada jalan pilihannya. Hari ini ternyata prekembangannya justru berbalik banyak jenis kamera mirrorless yang harganya relatif terjangkau. Saya anggap terjangkau bahkan menurut saya murah, ini berkaitan dengan fasilitas fitur kamera yang diberikan.

Berulang kali saya melakukan riset kecil melalui obrolan dengan rekan yang sama-sama bergelut di bidang Seni Audio Visual, membaca literasi, melihat dan menonton video reviu di YouTube dan video lainnya. Sudah itu, saya beruntung selalu mendapatkan kesempatan untuk mencoba dan bahkan melakukan penggarapan video production yang saya tarik ke sistem digital filmmaking. Mengingat peralatan yang saya gunakan adalah kamera DSLR dan Mirrorless.


Berawal dari Canon 60D, 70D, 80D untuk kalangan digital filmmakers saat itu hasil visual yang diperoleh luar biasa takjub, karena gambar sangat sinematik. (Baca: Bagaimana Mencipta Gambar Cinematic) Pengguna Canon 60D, 70D, 80D kebanyakan tentu mereka yang berbajet rendah dan sedang, itu semua bergantung dari pelengkap alat yang digunakan. Berbeda dengan mereka pengguna 5D mark II sekarang sudah 5D mark IV, soal kamera DSLR Canon luar biasa cepat beradaptasinya. Bahkan kamera 5D Mark IV ini telah memiliki resolusi gambar 4K (4096 x 2160) pilihan inilah yang kemudian banyak para videomaker dan atau filmmaker menggunakan kamera ini. Beberapa bahkan untuk produksi commercial (iklan komersil).

Commercial Canon 5D Mark IV

Bagi saya seorang filmmaker jelas yang kita perlukan pada saat akan membuat karya visual adalah kekuatan kamera dalam merekam hal-hal sulit seperti misalnya: lokasi dengan pencahayaan rendah, medan berat, cuaca buruk, equipment minim, mobilitas cepat dan tinggi, dan lain sebagainya. Faktor inilah yang menjadi pertimbangan saya.

Catatan penting saya soal kamera mirrorless adalah :
  • Lebih ringkas dan ringan. Keuntungannya adalah kamu bisa membawa lebih banyak lensa tanpa merasa keberatan. Biasanya kalau membawa satu set sistem DSLR, tas saya kurang lebih beratnya 5kg. Tapi dengan mirrorless, total beratnya di bawah 3kg kecuali kalau membawa cinema lens pasti lebih berat. Dan akan cukup terasa saat jalan-jalan jauh dan naik gunung.
  • Ini yang paling penting mempunyai IS 5-axis, kamera mirrorless bekerja dengan cara menggerakan image sensor sesuai arah gerakan pada sumbu x dan y, gerakan pitch (seperti  gerakan mengangguk), yaw (seperti gerakan menggeleng) dan rolling (seperti  gerakan lensa memutar). Dan ini bisa menggantikan fungsi tripod karena tergantikan dengan adanya teknologi image stabilizer (IS) 5-axis di body kamera.

Sony a7 sII dengan 5 Axis

Commercial olympus omd em10 mark ii

  • Sistem mirrorless mengandalkan live view dan jendela bidik elektronik, ini adopsi dari smartphone sebenarnya. Kita bisa lihat dengan jelas apa fokus dan tidak, juga bisa melihat terang gelap/exposure, histogram, warna, efek khusus dengan jelas. Apa yang dilihat adalah apa yang akan didapatkan. Tidak ada tebak-tebakan dan terkejut seperti di kamera DSLR.
  • Adaptabilitas kamera mirrorless tinggi, karena kita bisa menggunakan lensa lama atau lensa yang bukan semerek dengan adaptor. Untuk manual fokusnya lebih canggih dari kamera DSLR karena banyak kamera mirrorless punya fitur focus peaking.
  • Bisa autofokus ke area mana saja, termasuk ke daerah tepi-tepi frame foto dengan mudah. Di kamera DSLR titik-titik fokusnya biasanya ngumpul di tengah. Kecepatan autofokus kamera mirrorless generasi tahun 2014 juga sudah cepat. Bekerja sangat baik pada low light (cahaya minim/rendah)
Sony a7 sII dengan Low Light

Apa kelebihan dari kamera DSLR ?
Perlu dibahas engga ya, rasanya kamu lebih pintar dari saya. Lagi pula kamera DSLR sudah berkembang cukup lama dan berbagai uji coba juga sudah banyak dilakukan oleh mereka para filmmaker. Yang jelas untuk saat ini kamera DSLR masih bisa diandalkan, mengingat harga yang cukup terjangkau. Hal lainnya ini adalah soal kebiasaan dan persepsi, biasanya klien yang belum terbiasa atau bahkan tidak pernah melihat kamera mirrorless akan meremehkan kemampuan kamera kecil mirrorless. Sebagian orang mengatakan kamera itu harus besar, kalau engga besar berarti itu kamera-kameraan. Padahal teknologi hari ini sudah meringkas dan mengefektifkan pengguna gadget dengan peralatan minim kecil namun kaya fitur, mudah, dan hasil “wah” atau “wow”.

Movie digarap dengan camera 60D

Baiklah ini ulasan singkat tentang kamera DSLR 
  • Jendela bidik optik lebih efektif (jernih, tidak silau, tidak makan daya baterai) saat mengambil gambar di kondisi yang sangat terang maupun gelap. Pegangan yang lebih besar dan dalam lebih mantap saat dipegang, terutama saat mengunakan lensa telefoto zoom. Meskipun kamera mirrorless saat ini menyediakan berbagai aksesoris seperti battery grip atau leathercase yang menurut saya cukup membantu. Tetep ya belain mirrorless, hehehe...
  • Tombol-tombol dan tuas kamera DSLR biasanya lebih besar dan mudah ditemukan dan ditekan. Ini soal kebiasaan saja.
  • Kapasitas baterai lebih tinggi. Satu baterai kamera DSLR yang di charge full biasanya cukup untuk satu hari jalan-jalan, sedangkan perlu sekitar 2-3 baterai untuk kamera mirrorless.
  • Berat kamera kadang dapat membantu, terutama saat kamera di tripod dan angin cukup kencang. Kamera DSLR yang bobotnya lebih berat inersianya lebih tinggi sehingga tahan tiupan angin. Ini kelemahan sekaligus kekalahan telak dari DSLR, karena tidak memiliki teknologi IS apalagi sampai 5 axis.
  • Untuk pekerjaan, persepsi klien ke kamu sebagi videomaker/filmmaker lebih baik. Para videomaker/filmmaker yang mengunakan mirrorless belum dianggap serius. Ini sudah saya bahas.

Akhirnya bagaimana? Apakah kamu masih tetap menjatuhkan pilihan pada kamera DSLR atau berpaling ke lain hati. Semua keputusan ada di tangan kamu, silahkan pertimbangkan lebih masak lagi. Hihiihiii.. Seru ya..

Disarikan dari berbagai sumber literasi teks, audio, dan visual.

Oleh : Anton Mabruri (Praktisi Broadcast tv, Filmmaker dan Penulis)

Friday 3 March 2017

BUKU BRODCAST TELEVISI


Sudah berapa banyak stasiun televisi hari in berdiri dan mengudara dengan berbagai konten program acara televisi setiap hari diproduksi untuk memenuhi pemirsanya. Berbagai macam program acara dikemas dalam berbagai bentuk, di antaranya: film, dokumenter, sinetron, reality show, variety show, talk show, komedi situasi (sitcom), dan lain-lain yang tentunya menghibur, informatif, mendidik, serta unik dan menarik. Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana kita bisa masuk dalam industri penyiaran tersebut? Jawaban paling utama adalah: KOMPETENSI.

Keempat judul buku di bawah ini, hadir untuk memenuhi para penggiat broadcast televisi dan multimedia, buku tersebut adalah:

1. Panduan Penulisan Naskah TV Format Acara Drama.

2. Panduan Penulisan Naskah TV Format Acara Nondrama, News & Sport.

3. Manajemen Produksi Peogram Acara TV Format Drama.

4. Manajemen Produksi Peogram Acara TV Format Nondrama, News & Sport.

Buku tersebut berisi langkah-langkah yang detail dan terperinci, sehingga cocok sebagai pegangan untuk semua kalangan. Buku ini akan sangat membantu Anda untuk belajar melakukan tugas sebagai PENULIS PROGRAM ACARA TELEVISI dan MEMBANTU MEMANAJAMEN PRODUKSI PROGRAM ACARA TELEVISI. Selain itu buku tersebut tidak hanya membahas dua hal tersebut di atas, namun berbagai profesi yang ada dalam stasiun televisi dibahas tuntas.


Buku tersebut ditulis oleh Anton Mabruri KN adalah Ketua AGBI (Asosiasi Guru Broadcast Indonesia) sekligus seorang praktisi broadcast tv, filmmaker dan penyusun kurikulum broadcast tv dan radio untuk SMK Broadcast. Buku tersebut diterbitkan oleh Grasindo 2013. Yuuk... segera miliki buku tersebut, telah tersedia di seluruh Toko Buku Gramedia Indonesia atau hubungi Pak SUHARDONO | 0857 8497 8195 Dept. Gramedia Publishers Marketing & Distribution Kompas Gramedia Building | Jl. Palmerah Barat No.29 - 37 | 10270 Jakarta Pusat, Indonesia | T :021 5365 0110 Ext: 3856 | F :021 5493 073

DAPATKAN BUKU YANG LAIN : Buku Teori Dasar Editing Program Acara Televisi & Film (NEW)

OFFICE :
Mind 8 Publishing House
Ruko Tran Depok Cyber Village No. 26
Jl. Kalimulya Depok Jawa Barat (500M dari GDC - Grand Depok City/Kota Kembang)
Telpon 021 229 74073 [Contact WA 08719 0609 2128]
e mail : mind8prod@gmail.com
web : www.mind8production.com
Follow me @mindpro
Like FB Mind 8 corporation

Friday 24 February 2017

Serba-serbi Kursus: Bingung pilih kelas dan Apa beda kelas Privat dengan kelas X-tra


BEGINNER itu apa sih?
Adalah kelas kursus dengan jumlah jam 20 kali tatap muka, dengan lama waktu per tatap muka 45 menit s.d 50 menit. Program ini memberikan pemahaman pada tingkat Dasar s.d keahlian Madya. Kamu diajarkan tahapan-tahapan tingkat dasar dari kursus yang kamu ambil sampai kamu tahu dan bekerja sendiri.

Lalu kalau INTERMEDIATE itu apa?
Adalah kelas kursus dengan jumlah jam 30 kali tatap muka, dengan lama waktu per tatap muka 45 menit s.d 50 menit. Program ini memberikan pemahaman pada tingkat Dasar s.d Tingkat Mahir. Peserta diajarkan tahapan-tahapan dan jenis-jenis [kompleksitas] berupa produksi program acara tv dengan menghasilkan karya pilihan peserta diklat. Menyiapkan tenaga siap berkarya cipta (kerja) menjadi yang kamu inginkan.

Saya belum bisa sama sekali dan tidak tahu sama sekali tentang [Broadcast tv, Film, Design Grafis, dan Multimedia *pililh salah satu] Sebaiknya saya ambil kelas beginner atau langsung intermediate?
Yang membedakan kelas Beginner dan Intermediate adalah jumlah jam pertemuan saja, kamu yang tidak bisa atau sudah bisa tetap akan diajari dasar-dasarnya. Nah.. jika intermediate itu sampai mahir tapi kalau untuk Beginner itu hanya sampai kemampuan madya (sedang).

Kelas privat dan kelas x-tra apa bedanya?
Persamaan kelas privat dan kelas x-tra, adalah hari pertemuan/tatap muka bisa kamu yang menentukan sendiri. Perbedaannya, di kelas private ditempuh waktu reguler dengan jumlah jam tergantung dari level yang diambil. Misalkan kamu ambil kursus privat beginner, jumlah jam pertemuan 20 kali pertemuan seminggu 2 kali lama waktu 2 bulan. Sedangkan kelas x-tra adalah kelas akslerasi dengan waktu dengan tatap muka setiap hari selama maksimal 20 hari berlaku untuk level beginner dan intermediate. Kelas x-tra lebih banyak diambil oleh mereka peserta kursus dari luar kota.

Info Pendaftaran:
Mind 8 Course
Ruko Tran Depok Cyber Village No. 26
Jl. Kalimulya Depok Jawa Barat (500M dari GDC - Grand Depok City atau 1,5 Km dari Kantor Walikota Depok)
Telpon 021 229 74073
[Contact & WA: 0813 1842 4488]
e mail : mind8course@gmail.com
web : www.mind8production.com
Follow me @mindpro
Like FB Mind 8 corporation

PERALATAN BROADCAST TV - PROFESSIONAL EQUIPMENT


Peralatan jenis ini lebih banyak digunakan di industri broadcast tv profesional dan Production House (rumah produksi). Produksi yang mereka garap tentu untuk memenuhi industri broadcasting televisi, kamu bisa bayangkan siaran televisi itu bekerja tanpa henti. Apa jadinya jika alat yang digunakan tidak memenuhi standar profesional, yang ada malah bisa mati tiba-tiba pada saat melakukan produksi konten siaran tv dan siaran pun terganggu.

Maka, jenis peralatan ini dirancang khusus untuk kebutuhan produksi dengan intensitas yang tinggi dengan tingkat pemakaian yang berat dan berkualitas tinggi dari semua aspek komponen termasuk lensa. Mempunyai ciri-ciri :
1. Pengguna sebagian besar para professional broadcast indutri besar di dunia pertelevisian dan PH
2. Fitur yang tersedia bisa dibilang ful manual karena hampir sebagian besar menggunakan setting-setting manual meskipun memiliki masih fitur auto, tetapi jika ingin menghasilkan gambar dan visual yang bagus menggunakan setting manual
3. Harga relatif lebih mahal bahkan sangat mahal
4. Memiliki standar penggunaan yang tinggi, HDV resolution bahkan sudah UHD (4K) dengan warna yang stabil tidak cacat atau distorsi.
5. Sangat stabil dan handal.
6. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal peralatan yang lain pun harus seimbang, misalnya pada saat post-production. Mesin editing yang digunakan harus benar-benar compatible.
7. Cukup kuat dan tahan segala kondisi seperti getaran, gundukan, goncangan, debu, panas, dan hujan. Sangat mumpuni bila digunakan dalam kondisi apa pun.



Jadi apa benar, hanya peralatan jenis professional saja yang boleh produksi konten televisi?
Di awal, sudah saya jelaskan bahwa konten siaran televisi kita bahkan telah banyak mengalami perubahan, kalau boleh saya sebut sudah terjadi revolusi televisi. Hal ini karena pemenuhan konten televisi yang luar biasa banyak dan rutinitas yang tinggi, maka banyak pula stasiun televisi yang menggarap konten dengan peralatan prosumer dan consumer.


Sudah saatnya, bagi siapa saja yang ingin belajar broadcast televisi silahkan saja dan bebas-bebas saja dalam menggunakan alat yang ada hari ini. Sebagai saran sebaiknya Lembaga Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan diberlakukan grade/tingkatan bagi mahasiswa/i atau siswa/i, dari peralatan standar consumer, prosumer hingga professional. Agar pencapaian lebih maksimal.


Di mana menemukan peralatan jenis professional ini?
Datang ke stasiun televisi swasta nasioal yang rata-rata memang berpusat di Jakarta, atau kamu datang ke PH yang sudah memenuhi produksi konten tv sawasta nasional. Di Indonesia sebenarnya ada Lembaga Siaran Publik milik pemerintah seperti TVRI, tapi saya juga ragu mereka sudah menggunakan alat standar profesional HDTV, kamu bisa datang ke tempat tersebut yang saya maksud.

Thursday 23 February 2017

NEWS : Ajak SMK Prioritaskan Konten Televisi

KOTA BATU – Pusat Teknologi Informasi dan Komukasi Pendidikan (Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengajak SMK Broadcast se-Indonesia untuk meningkatkan mutu konten penyiaran televisi. Dalam mempersiapkan itu, sekitar 14 perwakilan SMK broadcast se-Indonesia mendapat pelatihan keterampilan melalui program On Action di Amarta Hills Hotel dan Resort, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu, Rabu (21/12).

Ketua pelaksana sekaligus Ketua Asosiasi Guru Broadcasting Indonesia (AGBI) Anton Mabruri menyatakan, program On Action digelar empat hari, 20–23 Desember. Menurutnya, selama ini keberadaan SMK Broadcast terlalu fokus pada keterampilan teknis. Padahal, katanya, esensi broadcast atau penyiaran, juga bersinggungan dengan konten atau isi penyiaran.

On Action dibagi dalam tiga konten, yakni On Sejarah, On Wisata, dan On Kehidupan. ”Salah satu contoh dalam On Sejarah yang mengangkat sejarah tingkat desa,” ujar Anton dalam sambutannya.

”Jarang loh televisi mengangkat sejarah desa-desa. Padahal, ada ribuan desa di Indonesia,” tambahnya.

Kabid PTP Berbasis RTF Pustekkom Sri Hargyanto Suryo Prayudo menambahkan, Kota Batu dipilih sebagai tempat berkumpul mematangkan konsep, bukan tanpa dasar. Itu karena Batu baru berdiri tapi perkembangannya signifikan.

”Kota Batu menyimpan keunggulan luar biasa, baik wisata maupun budayanya. Besar harapan kami ada ide besar yang lahir di sini,” beber dia.

Dalam program kali ini, lanjut dia, Pustekkom hanya sebagai fasilitator. Dia mencontohkan keberadaan TV Edukasi milik Pustekkom yang bisa dimanfaatkan SMK Broadcast dalam berkeksplorasi. ”Ide dan gagasan tayangan edukasi bisa diproduksi di sini (TV Edukasi Pustekkom),” katanya.

Acara itu dihadiri Wali Kota Batu Eddy Rumpoko. Sedikitnya ada 14 perwakilan SMK Broadcast se-Indonesia. Di antaranya SMKN 3 Batu, SMK Cempaka Nusantara Depok, SMKN 1 Cimahi, SMK Cakra Nenggala Brebes, SMKN 1 Bondowoso, SMKN 1 Bengkulu, SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, SMKN 1 Solok, SMKN 1 Gorontalo, SMKN 7 Surakarta, SMKN 1 Klaten, dan SMK Motivasi Insani Bogor. (zal/c4/dan)


Sumber : www.radarmalang.co.id http://radarmalang.co.id/ajak-smk-prioritaskan-konten-televisi-58686.htm

PERALATAN BROADCAST TV - PROSUMER EQUIPMENT


Peralatan prosumer, kadang dikenal sebagai peralatan industri rumahan (video production) dan sebagian kecil untuk broadcast tv. Juga digunakan untuk produksi yang sedikit lebih berat, dan kadang-kadang memberikan beberapa fitur profesional (seperti lensa kamera dapat diganti dengan lensa film), tetapi masih memiliki banyak fitur otomatis seperti yang terdapat peralatan consumer. Karena sifatnya kombinasi portabilitas dan kualitas, maka jenis ini lebih rendah harganya dibandingkan peralatan professional. Sehingga memungkinkan para professional pun kadang menggunakan alat ini dengan menambah berbagai kombinasi alat yang lain seperti penggunaan lensa, filter, dan lain-lain. Prosumer Equipment mempunyai ciri-ciri:
1. Pengguna adalah home industri atau mendekati professional
2. Fitur yang tersedia sudah memiliki fitur manual tetapi tidak full (campuran automatic dan manual)
3. Harga agak lebih mahal dari jenis Consumer
4. Tidak tahan banting tetapi tidak ringkih (mudah rusak)
5. Mempunyai resolusi gambar yang cenderung lebih baik dari kelas Cosumer sudah HD-HDTV (High Definition Television), meskipun beberapa ada yang sudah memiliki resolusi 2K dan 4K tetapi harganya cukup mahal.



Siapa pengguna alat broadcast tv jenis prosumer?
Alat ini banyak digunakan oleh mereka yang menggeluti dunia video production. Dengan intensitas penggarapan video untuk dokumentasi pernikahan, profil perusahaan, profil individu, dan dokumentasi lainnya. Walaupun pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang juga menggunakan jenis alat standar ini, tidak masalah sepanjang penyajiannya sesuai kaidah broadcast televisi profesional. Maksdunya adalah standar pengambilan gambar, gaya bertutur, tampilan grafis, grading colour, dan lainnya sudah memenuhi QC televisi.


Selain harganya sedang tidak terlalu mahal juga tidak murahan, pertimbangan inilah memungkinkan para lembaga pendidikan seperti Kampus Vokasi dan Sekolah Menengah Kejuruan lebih banyak menggunakan peralatan berstandar prosumer.


Televisi lokal di daerah pun sudah banyak yang menggunakan peralatan standar prosumer, mereka beralasan selain harganya tidak mahal juga menyediakan fitur otomatis dan fitur manual yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk menghasilkan kualitas gambar sekelas profesional. Untuk memindahkan/menginstal dari otomatis ke manual biasanya membutuhkan peralatan pelengkap, semisal pada saat akan menambah lensa tentu biasanya dipasang converter agar kompatibel.

Oleh : Anton Mabruri – Praktisi Broadcast, Filmmaker, dan Penulis 
Like Me Anton Mabruri KN 
Follow Me Anton Mabruri KN

Wednesday 22 February 2017

APA PERBEDAAN INTERLACED DAN PROGRESSIVE DALAM VIDEO (JANGAN DISEPELEKAN!)


Ketika kamu membuat new project atau new sequence di software editing, ada satu parameter yang harus ditentukan, yaitu Field Dominance. Begitu pun ketika menggunakan software konverter. (Di software editing, kamu bisa melihatnya dengan meng-klik-kanan sequence, lalu pilih settings)

field dominance setting
Pentingkah pengaturan ini? Penting banget! (terutama bagi kamu yang mengerjakan program-program TV). Field Dominance ini akan berpengaruh pada cara monitor menampilkan video.

Coba perhatikan gambar berikut!


Kamu lihat gambar yang bergetar? Itulah yang terjadi kalau kamu salah memilih Field Dominance.
Field Dominance ini merujuk pada dua cara monitor menampilkan video, yaitu interlace dan progressive.

Banyak sekali yang tidak paham soal ini. Akibatnya banyak tayangan (TV) yang bergetar, gerakan objek tidak mulus, seakan berbayang. Ada juga yang sok tahu.. “ah gue mah selalu setting progressive, karena progressive lebih bagus”. Tidak sesimpel itu Guys! Karena interlaced dan progressive bukan soal selera. Tapi ada latar belakang teknis di belakangnya.

Perlu diingat ada dua standar format Full HD: 1080i dan 1080p. Huruf i dan p di sana pun mewakili dua mode itu, interlaced atau progressive. Karena itu, di artikel ini kita coba gali lebih dalam.

Kembali Ke Frame Rate
Untuk memahami dari mana munculnya interlaced dan progressive, kamu harus mengerti dulu seluk beluk frame rate. Frame rate adalah banyaknya gambar yang diputar dalam satu detik. Biasanya diukur dalam fps (frame per second). Teori ini sering disebut ilusi gambar bergerak, gambar berganti setiap sepersekian detik sehingga otak manusia mempersepsikannya sebagai gambar bergerak, bukan sebagai deretan foto. Maka aturannya sederhana, semakin tinggi frame rate, semakin realistis gerakan objek dalam video atau real time.

frame rate horse


Sebagai sebagai gambaran logika seperti ini, bila terdapat gambar tertulis angka 16 fps, itu artinya dalam 1 detik terdapat 16 gambar. Gambar itu sudah cukup untuk menipu otak, sehingga kita mempersepsikan gerakan (perception of motion). Maka pada saat itu digunakanlah standar 24 fps, walau pun sekarang juga masih digunakan. Tapi ada masalah yang muncul ketika itu, yaitu gambar  flickerFlicker itu seperti gambar di bawah ini. Seperti cahaya berkedip-kedip namun kanan kiri terdapat bayangan hitam seperti membentuk shadow dan terus berkedip-kedip.

flicker

Logikanya sederhana..
Proyektor menyinari film (seluloid) untuk menampilkan gambar ke layar. Yang mungkin kamu gak sadar adalah.. sebetulnya cahaya dari proyektor itu tidak terus menerus menyinari film. Tapi ada jeda di mana cahaya itu di-blokir ketika frame diganti. Itu diperlukan supaya pergantian frame tidak terlihat ‘ngeblur’. Itulah yang menimbulkan flicker. Karena cahayanya ‘putus-putus’.


Maka Thomas Edison sebagai penemu mekanik proyektor film ketika itu membuat perhitungan bahwa frame rate harus lah 46 fps atau lebih supaya flicker ini tidak terlihat. Masalahnya, saat itu berarti membutuhkan gambar atau film-strip yang lebih banyak. Ujung-ujungnya balik lagi ke biaya. Biayanya mahal. Tapi ada yang berfikiran jenius! Tidak perlu menambah frame. Cukup menjalankannya dua atau tiga kali setiap frame.

Artinya.. kalau menggunakan shutter blade ganda (perhatikan animasi di bawah), maka 24 fps akan tampak seperti 48 fps dan flicker tidak akan terlihat. Simpel bukan!?

simplex-e-7-single-shutter-animation-second

Lalu Bagaimana Dengan Broadcast TV?
Televisi pun sama, harus memutar frame rate yang cukup agar flicker tidak terlihat. Flicker di TV terjadi karena monitor pun harus me-refresh setiap gambar di layar (diukur dalam refresh rate). Dari sinilah muncul teknik interlaced dalam TV.

Apa Itu Interlaced?
Supaya lebih paham, kita harus kembali ke jaman TV tabung (CRT). Gambar yang terbentuk di TV tabung dijalankan dengan cara menembakkan elektron ke layar. Ketika elektron itu menyentuh layar, maka sebuah titik di layar akan bercahaya (dalam LCD disebut piksel). Si penembak elektron (sinar katoda) itu harus menyusun setiap titik di layar sampai penuh dari kiri ke kanan di setiap barisnya sampai penuh. Dan itu harus dilakukan setiap frame. Proses ini disebut scanning.


Dalam standar PAL (Phase Alternating Lines), dia harus menyelesaikan 625 baris setiap frame.

Masalahnya.. proses ini dibatasi oleh bandwidth (lebar pita frekuensi), di mana gambar ditransmisikan melalui gelombang radio (UHF) yang pada akhirnya mengendalikan arus listrik di dalam TV. Akibatnya proses scanning pun terbatas. Frame rate tidak bisa terlalu tinggi karena bandwidth membatasinya. Sementara itu dia harus menghindari flicker. (Ingat hukum Thomas Edison bahwa flicker bisa dihindari kalau frame rate di atas 46 fps).

Maka ditemukanlah teknik interlaced. Yaitu membagi frame menjadi dua baris: baris ganjil dan baris genap. Pertama, si penembak elektron akan menyelesaikan baris 1, 3, 5, dst sampai baris ganjil terbawah. Kemudian dia kembali ke atas untuk mengisi baris 2, 4, 6, dst sampai baris genap terbawah.

Dengan teknik ini, seolah-olah frame rate jadi dua kalinya (karena di jalankan dua tahap) dan flicker tidak tampak lagi. Karena itu 25 fps dalam mode interlaced disebut 50i, karena 2 x 25 fps (i=interlaced).



Dampak Interlaced Terhadap Monitor Digital
Dari uraian di atas harusnya kamu sudah paham bahwa interlaced hanya berlaku di TV. Karena kendala bandwitdh dan flicker tadi. Makanya mode interlaced ini tidak akan berjalan normal kalau diputar di monitor komputer. Karena monitor komputer (dan layar-layar digital lainnya) bekerja secara progressive. Dia tidak mengenal interlace. Progressive membentuk gambar dengan cara normal, yaitu menyusunnya secara berurut. Karena itu.. kalau kamu memutar video ber-interlaced di monitor komputer, maka akan tampak bergaris.


Sekarang kamu bisa menjawab: Mana yang lebih bagus kualitasnya, interlaced dan progressive?
Jawabannya adalah tergantung kamu mau menayangkannya di mana. Kalau di monitor komputer, HP, internet, LED (dengan mencolok flashdisk) kamu harus pilih progressive. Tapi kalau video itu harus kamu kirim ke stasiun televisi untuk dibroadcast, pilihlah interlaced.

Persoalan ini harus dipahami karena masih banyak yang salah kaprah. Orang TV yang tidak paham teknis menganggap bahwa interlaced itu jelek karena tampak berbayang (bergaris). Kalau dia melihatnya di layar komputer, ya iya pasti bergaris. Video itu kan untuk TV, maka lihatlah hasilnya di monitor TV.

Upper dan Lower Dalam Software Editing
Dalam software editing, kalau kamu memperhatikan sequence setting, kamu disuruh menentukan Field Dominance. Yang terdiri dari tiga pilihan:

  1. Upper
  2. Lower
  3. None

Kalau kamu memilih upper atau lower, itu artinya video yang dihasilkan akan ada dalam mode interlaced. Sedangkan none artinya progressive. Upper tidak lain adalah baris ganjil. Sedangkan lower adalah baris genap.

fcp field dominance
Apa maksudnya field dominance? Dan mana yang harus dipilih antara upper dan lower? (yang gak mau pusing sebaiknya lewat bagian ini)

Sebenarnya dalam mode interlaced tidak dikenal istilah frame. Yang ada adalah field. Field yang dimaksud baris ganjil dan baris genap, atau upper dan lower. Jangan salah paham.. kedua field ini tidak dihasilkan dengan memecah satu gambar yang sama jadi dua! Tapi dihasilkan dari dua gambar yang berbeda. Field upper diambil dari gambar yang satu tapi diambil baris genapnya, sedangkan field lower diambil dari gambar berikutnya, tapi diambil baris ganjilnya. Ilustrasinya seperti ini..

Field dominance
Ilustrasi di atas mungkin akan membuat pertanyaan: gambarnya jadi aneh dong? Tidak! Karena ke dua field ini tidak berjalan secara simultan. Tapi berjalan selang seling: upper, lower, upper, lower, dst secara cepat. Sehingga akan tampak normal (kecuali di montior progressive).


Yang menjadi masalah adalah field satu itu upper atau lower. Kalau field 1 adalah upper, berarti field 2 adalah lower. Kalau field 1 adalah lower, berarti field 2 adalah upper. Inilah yang dimaksud field dominance.

Kalau menggunakan source progressive (misalnya dari DSLR atau Mirrorless), tidak jadi masalah memilih upper atau lower di sequence setting. Yang sering menimbulkan masalah adalah yang source-nya sudah ber-interlaced (misalnya hasil capture dari miniDV atau DV Cam).

Field dominance di source dan sequence harus sama. Kalau tidak, gambar akan tampak bergetar atau berbayang. 

(Kalau tidak percaya, coba tonton beberapa program TV di beberapa stasiun televisi! Masih banyak tayangan yang seperti ini. Heran.. kenapa lolos QC? )


Untuk kamu yang kerja di TV.. ini rumusnya! Semua format video yang memiliki mode interlaced adalah Upper, kecuali DV. Yap, DV PAL pasti selalu lower. Selainnya adalah Upper. Bahkan di software converter MPEG Streamclip ada peringatannya.

mpeg streamclip field dominance

Format-format Video yang Memiliki Interlaced
Ingat.. format video bukan sekedar menetukan file: mp4, mov, avi, dan sejenisnya. Tapi yang dimaksud format video adalah karakteristik apa saja yang ada dalam video, seperti codec, frame rate, frame size, dll. Termasuk apakah video itu memiliki interlace atau tidak. (Bagi yang tidak paham format, sebaiknya baca dulu artikel Tentang Codec)

Mengetahui format yang benar penting ketika melakukan setting kamera, setting project di software editing, dan setting di software converter. Cara mengetahui interlaced dan progressive dalam format video gampang! Kalau ada huruf ‘i’ itu artinya interlaced. Sedangkan ‘p’ adalah progressive. Seperti dalam format HD.. 1080i adalah interlaced, sedangkan 1080p adalah progressive.

Interlace progressive sestting

pmw format
Kamu harus tahu juga bahwa semua format yang ada dalam kategori MPEG-4 seperti h.264 adalah progressive. Sedangkan semua format yang ada dalam kategori MPEG-2 bisa interlaced bisa progressive. (kalau kamu belum paham MPEG-2 dan MPEG-4, baca lagi artikel Tentang Codec)

Foto, Gambar, dan Grafis Dalam Interlaced
Video progressive (tidak ber-interlaced), tidak akan menimbulkan masalah ketika digunakan dalam sequence editing interlaced. Tapi gambar diam (foto, logo, grafis, dll) lain cerita. Hati-hati! Gambar itu kemungkinan akan tampak bergetar atau flicker kalau kamu menggerakkannya di software editing.

(Ingat.. getaran ini tidak akan tampak di monitor komputer. Kamu harus melihatnya di TV)

Itu terjadi karena gambar hanya terdiri dari satu frame (dan sudah pasti progressive). Software editing tidak terlalu baik dalam ‘menggerakan’ gambar yang pada dasarnya diam. Karena dari frame ke frame, objeknya tidak berubah sama sekali (kecuali hanya posisinya saja ketika digerakkan oleh keyframe). Sementara dalam mode interlaced, field 1 dan field 2 saling bersusulan. Maka akan tampak seolah-olah gambar itu maju mundur (bergetar).

Ada beberapa teknik untuk menghindarinya:

  1. Kalau gambar itu Kamu buat di Photoshop, Illustrator, dan sejenisnya.. berikan filter De-Interlace sebelum digunakan di software editing.
  2. Atau Kamu juga bisa memberikan filter De-Interlace pada gambar itu di software editing.
  3. Kalau kamu mau menggerakkan gambar-gambar itu (termasuk teks) supaya halus, sebaiknya gerakkan di After Effects, setelah itu kamu bisa menggunakannya di software editing.


Filter De-Interlace di Photoshop
Filter De-Interlace di FCP 7
Untuk Premiere, Kamu bisa memberikan De-Interlace dengan cara meng-klik kanan klip yang ada di timeline, lalu pilih Field Option dan pilih Always Deinterlace.

De-Interlace di Premiere

Kesimpulannya
Interlaced dan Progressive bukanlah persoalan sepele. Terutama buat Kamu yang memproduksi tayangan untuk TV (TV Commercial, program TV, Videoklip, dll).

Catat selalu:

  1. TV selalu dibroadcast dalam mode intelace (setidaknya sebelum TV Digital resmi digunakan)
  2. Video ber-interlaced akan tampak bergaris di monitor komputer, tapi normal di TV
  3. Untuk selain tayang di TV, gunakan progressive
  4. Pastikan setting Upper dan Lower benar untuk sequence interlaced
  5. Foto, logo, grafis.. pastikan diberi filter De-Interlace sebelum digunakan di sequence interlaced
  6. Kalau artikel ini belum cukup menjelaskan.. kunjungi situs ini yang membedah seluk beluk interlaced
Sebelum kami memposting  ulang tulisan ini, kami menelaah sejauh mana tulisan dari www.rumaheditor.com ini ditulis. Sebelum itu kami mohon ijin berbagi tulisan ini kepada komunitas blogger kami, sebagai bentuk berbagi pengetahuan yang cukup penting. Terima kasih sebelumnya kami ucapkan. Salam


Sumber : http://rumaheditor.com/interlace-progressive/
AUTHOR: DANI NURDIMAN | March 12, 2016

Kamu tertarik dengan dunia BROADCAST TV, FILMMAKING, CONTENT CREATORS, MULTIMEDIA, dari kami?
Klik Subscribe untuk update !